Puisi-puisi Hazuma Najihah
HILANG DITELAH ILALANG
Lampa kaki menginjak bumi
Sedik sabana hendak menjelajahi
Pekayunan harapan enggan menemani
Duke lara mengguncang hati
Bersama bayang semu
Terpecah gundah gulana sendu
Hamburkan rasa yang tak menentu
Gejolak jiwa tenangkan sayu
Biarkan asmaraloka menjelajah kesana
Tak perlu hiraukan kedatangannya
Tak lagi mengenal dama
Biar hangus terbawa anila.
Segar bugar nian terasa
Kedamaian sembuhkan lara
Berbalik arah putarkan rasa
tak bersingkuh dibawah ajudan asmara.
Bahkan aku tak mampu mengungkap rasa
Bahasa yang kian menepis pelipis
Mengikis habis ruang waktu
Memilih sendiri tak lagi ratapi pilu.
Demi keselamatan diri
Serta merta menjaga hati
Tak ku biarkan kisah kasih turut menghantui
Menjelma seakan renjana bertepi.
Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi
Semua yang pernah terlewati
Dari garis katulistiwa hingga ujung sana
Biar hilang ditelan ilalang.
TERHEMPAS
Kadera kekuasaan perebutkan tahta
Geruh menimpa segenap durja
Seonggok monopoli kian merajalela
Semarak aristrokasi di tengah dunia anitya.
Bukanlah sang mandalika
Hanya pribumi yang tak punya apa-apa
Kini trenyuh nian terdayuh
Hanyut terseret arus mala yang membabi buta.
Bibir terkunci nian membisu
Jatuh terkapar dicerna pilu
Tergeletak dibawah birai biru
Terkapar murung menjelma sepai.
Gading tak lagi menyuding
Melinggih termenung tak punya payung
Tak ada tempat bernaung
Hanya ada sayung.
Selaput mata nian rudita
Bergelik sendu seriuh anca
Andam karam tertindas runyam
Jongkok terpojok ratapi dunia.
Bak sengsara lara dirasa
Wajah bahagia hanyalah topeng belaka
Pada aksara bernyawa
Tempat naungan bercerita tertulis kisahnya
Menghinggapi jejak hidupnya.
MENGHUJAM PAHIT
Decur air mancur mengiringi
Mengelabuhi awan yang kian bersembunyi
Merayu bagaskara tuk meredupkan sinarnya kembali
Menyapa rinai tuk datang mengguyur seisi bumi.
Gemericik air suguhkan kedamaian
Hempaskan dahaga membiarkan gata menjulang ke angkasa
Dibawah atap
Meratapi yang tak bisa menetap.
Membisikkan pada angin, untuk anganku segera ingin
Inginku hempaskan rasa setenang angkasa
Berlari sekencang anila
Terbang leluasa menuju nabastala.
Lepaskan penat jingga
Bersama kabut menghujam pahit
Bermain bersama sang kegelapan
Merengkuh asa meraih cita.
Lupakan palinggih
yang tak punya welas asih
lumbar mengumbar rasa yang hambar
lati yang telah mati tak bisa lagi meresapi.
RENJANA MEMORI DAHULU
Sang bagaskara muncul dari ufuk sana
Terpancar cahaya dari nabastala
Laksana menerangi seluruh dunia
Tampak elok terbitnya ina
Nian senada seindah mega
Bak semilirnya aina
Menembus erat dalam daksa.
Mentari pagi menampakkan diri
Pesona sang mega menyelimuti
Pagiku terbalut senyuman indah
Tak sedikitpun terasa gundah.
Waktu terus berjalan
Lewati kenangan tak terlupakan
mengenang masa balita, bergurau bersama ayah ibu tercinta
Dikala shyam sunyi penuh canda
Terselip dongeng cerita terbalut nada.
Becermin mengingat kisah kasih terasih
Menyapa rindu yang tersisih
Laksana payung alung
Melindungi diri dari ganasnya singa yang meraung.
Renjana memori dahulu
Nian nestapa tak bersatu
Perpisahan rasakan pilu
Terngiang-ngiang menyayat kalbu.